Aku Ingin Kuliah

Oleh: Amiril Mukminin

Dengan segenap jiwa, saya torehkan tulisan ini dalam lembaran putih sebagai inspirasi bagi anak-anak bangsa yang memiliki impian dan masa depan yang cerah. Anak-anak yang dengan segala keterbatasannya dalam mengarungi dunia pendidikan berusaha untuk mewujudkan cita-cita yang tinggi dan harapan yang pasti. Tidak ada kata putus asa bagi anak-anak yang yakin dan berani mewujudkan impiannya. Tekad kuat dan usaha maksimal yang disertai dengan doalah yang menjadi tumpuan untuk mengantarkan anak-anak bangsa menuju kesuksesan yang diinginkan.

Bermimpilah karena impian yang mulia akan menjadi langkah awal tercapainya kesuksesanmu. Tanpa impian, pasti seseoarang tidak akan dapat mencapai kesuksesannya. Hal ini menjadi landasan saya untuk mencoba menerawang tentang masa depan yang saya inginkan. Saya memiliki cita-cita menjadi seorang ilmuwan muslim yang hebat dan mampu menciptakan karya spektakuler yang bermanfaat bagi umat manusia. Dalam pemikiran saya, untuk menggapai cita-cita tersebut tidak mungkin dapat dilakukan oleh seseorang yang hanya belajar hingga tingkat SLTA. Oleh karena itu, saya juga memiliki keinginan untuk dapat merasakan atmosfir dunia perkuliahan. Keinginan saya untuk bisa menginjakkan kaki di kampus perkuliahan berawal dari sebuah lamunan tentang masa depan yang indah. Saat itu, saya sedang duduk di lantai atas asrama sekolah yang berada d tengah-tengah barisan bukit Gorontalo, tempat saya mengukir jejak-jejak ilmu Alloh Yang Maha Luas. Padang rumput yang hijau, bukit-bukit yang berjajar rapi, dan awan-awan putih yang menghiasi perbukitan merupakan nuansa alam yang menyadarkan manusia tentang kekuasaan Alloh SWT. Hembusan angin pagi membawa saya terbang ke alam khayalan yang tergambar dengan jelas akan masa depan yang indah. Dengan segenap jiwa,  saya melangkahkan kaki dengan pasti di atas karpet merah diiringi tepukan tangan audiens yang menggetarkan seluruh sel-sel dalam tubuh saya. Senyum yang indah tergambar jelas di raut wajah teman-teman saya. Segala macam ucapan selamat terdengar merdu di setiap hentakan kaki saya. Tetesan air mata bangga orang tua saya turut menghiasi momen yang sangat indah tersebut. Saat itu, saya akan mendapatkan sebuah nobel sebagai penghargaan terhadap karya saya yang spektakuler. Namun, semilir angin pagi membangunkan saya dari lamunan yang indah tersebut. Dalam hati saya bertanya: “mungkinkah saya bisa mewujudkannya?”. Saat itu, dalam diri saya terjadi perang batin yang luar biasa antara keyakinan dan keputusasaan dalam menggapai cita-cita yang tinggi tersebut. Saya mencoba meyakinkan diri saya bahwa saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan.

Kesuksesan tidak bisa diperoleh secara gratis, tetapi dibutuhkan pengorbanan dan biaya yang tinggi untuk mendapatkannya. Dewasa ini, banyak para lulusan SMA yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi karena keterbatasan ekonomi orang tuanya. Hal tersebut sangat mengganggu hati saya. Saya sadar bahwa saya berasal dari kalangan masyarakat yang ekonominya lemah. Ayah saya hanyalah seorang petani gurem dan ibu saya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Dari hal tersebut, muncul pertanyaan dalam diri saya “Apakah saya bisa melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi?”.Pertanyaan tersebut selalu menghantui pikiran saya. Ketakutan pun mulai menjalar di setiap pembuluh saraf dalam tubuh saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menelepon orang tua saya dan menyampaikan keinginan saya untuk kuliah. Ketika saya berbicara kepada ayah saya, beliau terdiam mendengar keinginan saya tersebut. Saya tahu dan sadar bahwa ayah saya tidak sanggup untuk membiayai perkuliahan saya. Namun, ayah tetap mendukung dan menyetujui keinginan saya meskipun dia harus membanting tulang untuk mencari biaya kuliahnya. Tak terasa air mata menetes di pipi ini. Saya terharu dengan keputusan ayah. Kemudian saya berbicara kepada ibu dan memberitahukan hal yang sama. Beliau juga terdiam mendengar setiap kata yang saya ucapkan mengenai keinginan saya untuk kuliah. Setelah menyadari sikap orang tua saya tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya mereka tidak sanggup membiayai kuliah saya. Saat itu, matahari mulai terbenam. Suara pengajian pun mulai bergema di setiap sudut alam ini. Hembusan angin sore yang dingin turut menyertai kegelisahan hati ini. Matahari yang mulai memerah menjadi pertanda bahwa malam akan tiba. Saya pun mengakhiri pembicaraan saya dengan orang tua saya dan tetap bertekad bagaimanapun caranya saya harus kuliah.

“Di mana ada kemauan, pasti ada jalan”.Kata-kata tersebut selalu memotivasi diri saya untuk senantiasa berusaha mendapatkan apa yang saya inginkan. Keesokan harinya, saya mulai berkonsultasi dengan guru konselor saya mengenai masalah yang saya hadapi. Beliau terharu dengan tekad saya untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang saya inginkan dengan menggunakan biaya sendiri. Kemudian beliau pun menawarkan kepada saya untuk mengikuti beasiswa Bidikmisi. Beliau menjelaskan tentang persyaratan dan berkas-berkas yang harus dilengkapi. Dengan senang hati saya menerima saran beliau. Saya merasa sikap keputusasaan ini mulai teredam dengan semangat dan optimisme yang tinggi dalam meraih cita-cita saya. Setelah itu, guru konseling tersebut menegaskan bahwa saya harus berusaha sendiri untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Saya harus melengkapi berkas-berkas yang harus di kirim ke Dikti sebagai bahan pertimbangan. Keeseokan harinya, saya menelepon orang tua saya dan menyampaikan informasi mengenai beasiswa tersebut. Waktu itu, saya berbicara dengan ibu saya. Beliau sangat bahagia dengan informasi yang saya sampaikan. Kemudian saya meminta kepada orang tua saya untuk mengirimkan berkas-berkas yang berhubungan dengan keluarga saya. Keyakinan saya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri pun bertambah. Saya merasa alam pun mendukung keinginan orang-orang yang mau berusaha mewujudkannya.

Seiring berjalannya waktu, tak terasa pendaftataran SNMPTN jalur undangan pun dimulai. Seluruh teman-teman saya sibuk menentukan Universitas apa yang harus dipilih. Hampir setiap hari mereka keluar-masuk dari ruang konseling untuk meminta saran dari guru konselor tentang Universitas yang pantas untuknya. Waktu itu, saya sudah memilh perguruan tinggi yang saya inginkan. Saya ingin masuk ke perguruan tinggi negeri Institut Teknologi Bandung. Saya ingin menjadi seperti pak Habibi yang mampu menciptakan pesawat terbang pertama kali di Indonesia. Namun, setelah menjalani serangkaian proses pendaftaran SNMPTN jalur undangan tersebut, saya menemui kendala mengenai biaya yang harus dibayar untuk masuk ke perguruan tinggi tersebut. Biaya yang disyaratkan terlalu mahal bagi saya meskipun ada keringanan biaya dari universitas tersebut. Kemudian teman saya memberitahu saya bahwa disebelah formSNMPTN terdapat formpengajuan beasiswa Bidikmisi. Saya pun langsung menikutinya. Dalam formtesebut, terdapat syarat bahwa siswa yang mengajukan beasiswa tersebut hanya boleh memilih satu perguruan tinggi negeri saja. Saya merasa cemas setelah  melihat hal tersebut karena menurut saya peluang beasiswa Bidikmisi di Institut Teknologi Bandung sangatlah kecil. Tiba-tiba teman saya datang menghampiri saya dan mengajak saya kuliah di Institut Pertanian Bogor. Dia menjelaskan bahwa menurut kakak kelas yang kuliah di sana, IPB adalah perguruan tinggi yang berkualitas dan biaya perkuliahannya murah. Saya pun mulai mencari informasi mengenai perguruan tinggi tersebut baik dari sisi prestasi yang telah diraih maupun biaya perkuliahan yang harus dibayar. Setelah mengetahui informasi tentang Institut Pertanian Bogor, saya merasa tertarik untuk mencoba masuk ke sana. Saya juga menyadari bahwa sektor yang sangat menonjol di Indonesia adalah sektor pertanian. Akhirnya saya memilih Fakultas Teknologi Pertanian yang ada pada perguruan tinggi negeri tersebut.

“Apapun pilihanmu yang terpenting adalah menjadi yang terbaik di sana”,begitulah kata kakak kelas saya ketika beliau memberikan motivasi kepada adik-adik kelasnya. Saya juga yakin bahwa Alloh pasti memberikan jalan yang terbaik bagi kita walaupun saat itu jalan tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita. Waktu pun berjalan dengan cepat, membius orang-orang yang lalai dalam memanfaatkan waktunya. Akhirnya pengumuman hasil SNMPTN jalur undangan pun tiba. Seluruh siswa yang ikut tes tersebut sangat cemas dengan hasil yang akan diperolehnya. Saya juga merasakan hal yang sama. Saat itu, atmosfir sekolah saya berubah tidak seperti biasanya. Harapan dan keinginan menghiasi wajah-wajah teman seperjuangan saya. Detik-detik menjelang pengumuman pun terasa lama bagaikan satu hari yang berjalan dengan lambat. Jarum jam terasa berhenti. Seluruh perasaan bercampur aduk antara cemas, takut, keyakinan, dan harapan. Ketika pengumuman telah ada di websiteSNMPTN, saya dan teman-teman saya berbondong-bondong menuju cyber libraryuntuk melihat hasilnya. Banyak ekspresi yang muncul dari wajah teman-teman. Ada yang senang, ada yang sedih, ada yang kecewa dengan hasilnya, ada yang sampai teriak kegirangan dan ada pula yang biasa-biasa saja. Segala puji syukur saya panjatkan kepada Alloh SWT karena saya berhasil lolos di Institut Pertanian Bogor di departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Namun, ada sedikit hal yang membuat saya cemas, yaitu pengumuman hasil beasiswa Bidikmisi tidak ada. Walaupun informasi mengenai beasiswa Bidikmisi itu belum ada, saya yakin Alloh pasti akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Malam itu bintang memancarkan sinar yang bermacam-macam mengikuti suasana hati orang yang melihatnya. Setelah melihat hasil pengumuman SNMPTN, saya langsung menelepon orang tua saya untuk memberitahukan informasi tersebut. Ketika saya memberitahukan informasi tersebut, mereka sangat bahagia. Namun, setelah saya memberitahukan bahwa pengumuman beasiswa Bidikmisi belum keluar, ibu saya terdiam tetapi ayah saya tetap mendukung saya untuk melanjutkan pendidikan saya di perguruan tinggi yang saya inginkan. Beliau berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk membiayai kuliah saya. Tak terasa air mata menetes di pipi saya. Ayah saya sangat antusias dengan keinginan anaknya. Setelah mendengar pernyataan ayah saya tersebut, jiwa perjuangan dan semangat saya tergugah. Saya bertekad untuk menempuh pendidikan saya tanpa meminta biaya kuliah kepada orang tua saya.

“Apabila kamu memiliki impian dan harapan yang tinggi, yakinlah bahwa tuhan melihat seluruh usahamu”. Kalimat tersebut menjadi motivasi saya untuk berusaha mendapatkan beasiswa di Institut Pertanian Bogor. Setelah tiga tahun saya merantau di Gorontalo, akhirnya saya menginjakkan kaki di Kampus IPB. Saya sangat bahagia karena saya dapat merasakan pendidikan di bangku kuliah. Namun, saya teringat akan biaya yang harus dibayar untuk menempuh pendidikan kuliah tersebut. Saya mulai mencari segala macam informasi mengenai beasiswa Bidikmisi di perguruan tinggi tersebut. Banyak berkas-berkas saya yang belum lengkap karena berkas-berkas tersebut harus dikirim terlebih dahulu melalui jasa pos surat oleh keluarga saya. Hal tersebut membuat saya cemas karena keesokan harinya adalah jadwal pendaftaran sekaligus penyerahan berkas-berkas Bidikmisi. Saya pun berulang kali menelepon orang tua saya dan meminta kepada mereka untuk mengirimkan berkas-berkas tersebut melalui e-mail tapi orang tua saya tida mengetahui tata cara penggunaan e-mail. Akhirnya saya hanya bisa berharap kemudahan dari Alloh SWT dan berkas-berkasnya bisa sampai esok hari. Keesokan harinya, berkas-berkas tersebut belum sampai. Dengan penuh kekhawatiran, saya melakukan pendaftaran dengan membawa berkas seadanya. Ketika sampai giliran saya untuk melakukan registrasi, staf yang menangani registrasi saya memaklumi kekurangan berkas saya dan menyuruh saya untuk melengkapinya saat registrasi kedua. Saya sangat lega mendengar hal tersebut. Setelah melewati seluruh proses pendaftaran Bidikmisi, saya terpilih menjadi salah satu mahasiswa yang direkomendasikan IPB untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Sungguh saat itu, kebahagiaan saya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT. Menurut kakak kelas saya yang sudah mendapatkan beasiswa tersebut, mahasiswa yang sudah direkomendasikan IPB untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi kemungkinan besar akan mendapatkan besiswa  tersebut. Setelah pengumuman rekomendasi beasiswa Bidikmisi selesai, saya langsung memberitahukan kepada orang tua saya bahwa saya telah di rekomendasikan mendapat beasiswa Bidikmisi. Orang tua saya pun sangat bahagia mendengar hal tersebut. Saat itu, bulan dan bintang terasa bersinar dengan indahnya, udara mengalir lembut di setiap helai rambut saya, membawa setiap insan terlarut dalam kebahagiaan atas nikmat yang telah diberikan oleh tuhannya. Sungguh maha besar Alloh yang telah mengabulkan permohonan hamba-Nya.

Seiring berjalannya waktu, daftar penerima beasiswa Bidikmisi pun telah diumumkan. Setelah saya melihat pengumuman tersebut, saya termasuk salah satu mahasiswa yang diterima sebagai penerima beasiswa Bidikmisi. Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu saya. Terima kasih kepada teman-teman, kakak kelas, guru konseling, orang tua saya hingga staf pengurus beasiswa Bidikmisi. Tidak ada kata putus asa bagi orang yang berani berusaha mewujudkan impiannya. Jadikanlah setiap masalah dan ujian yang kita alami sebagai tantangan yang harus dilewati. Berusaha dan berdoa adalah jalan yang harus ditempuh untuk menggapai impian kita. Yakinlah Alloh pasti akanmewujudkan impian kita.

About the author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *